Mengenang Momen Kunjungan Paus Fransiskus Di Indonesia

Tanggal 2 September 2024 akan selalu dikenang sebagai salah satu momen paling hangat dan menyentuh bagi umat Katolik di Indonesia. Hari itu, pemimpin umat Katolik dunia, Paus Fransiskus, memulai perjalanan apostoliknya ke Indonesia.

Perjalanan apostolik bukan sekadar kunjungan biasa. Perjalanan ini adalah kunjungan resmi yang diselenggarakan oleh Paus sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik.

Umat Katolik di seluruh penjuru negeri pun bersukacita menyambut kedatangannya. Gereja-gereja dipenuhi semangat, wajah-wajah penuh haru, dan semangat kebersamaan sangat terasa.

Yang mungkin mengejutkan, saya sebagai seorang muslim pun ikut larut dalam kebahagiaan itu.

Melihat teman-teman dekat saya, kolega, mahasiswa, bahkan tetangga saya yang Katolik menyambut kedatangan Paus dengan penuh sukacita, membuat saya tersentuh. Saya merasa menjadi bagian dari sebuah peristiwa besar yang melampaui batas agama. Rasanya seperti melihat Indonesia kembali menunjukkan wajah toleransi dan kebhinekaannya yang hangat.

Namun bukan hanya euforia yang membuat momen ini berkesan. Lebih dari itu, kesederhanaan Paus Fransiskus sepanjang kunjungannya benar-benar memberi pelajaran besar tentang kerendahan hati dan nilai-nilai kemanusiaan yang mendalam. Di tengah ketimpangan ekonomi yang begitu tajam di negeri ini, ia datang dengan cara yang begitu membumi.

Beberapa hal sederhana namun bermakna yang saya ingat:

  • Beliau datang menggunakan pesawat komersial — bukan jet pribadi, tapi pesawat ITA Airways yang disewa khusus, dengan alasan efisiensi dan ramah lingkungan.
  • Saat dijemput di bandara, beliau naik mobil biasa, dan duduk di depan sebelah sopir. Bukan di kursi belakang ala pejabat, melainkan seperti teman perjalanan.
  • Beliau tidak menginap di hotel mewah. Paus memilih tinggal di Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta.
  • Jam tangan beliau pun sederhana. Netizen menduga itu hanya jam Swatch seharga sejuta atau bahkan jam Casio ratusan ribu. Tapi nilainya jauh lebih besar dari harga. Paus sedang memberi pesan kuat tentang gaya hidup yang bersahaja.

Melihat beliau melambaikan tangan dari jendela mobil, tersenyum kepada masyarakat Indonesia dari balik kaca, saya sadar bahwa pemimpin sejati tidak butuh simbol kekuasaan atau kemewahan untuk menunjukkan keagungannya. Yang dibutuhkan adalah ketulusan dan keberanian untuk hidup seperti rakyat biasa.

Kunjungan apostolik Paus Fransiskus tidak hanya menjadi peristiwa penting bagi umat Katolik, tapi juga menjadi momen refleksi untuk semua umat beragama—tentang makna kesederhanaan, persaudaraan, dan saling menghormati.

Saya bersyukur bisa menyaksikan peristiwa ini. Dalam dunia yang kerap dibelah oleh perbedaan, momen seperti ini menjadi pengingat bahwa kita bisa bersatu dalam nilai-nilai kemanusiaan yang universal.

Hari ini, 21 April 2025, pemimpin tertinggi umat Katolik dunia itu telah berpulang. Namun, kehangatannya akan tetap dikenang.

Semoga para malaikat mengiringi kepergian Paus Fransiskus menuju tempat terbaik di surga-Nya.

What do you think?

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.